SoeHok Gie. Soe Hok Gie, tokoh mahasiswa dan pemuda, meninggal dunia di puncak G. Semeru, bersama Idhan Dhanvantari Lubis. Sosok dan sikapnya sebagai pemikir, penulis, juga aktivis yang berani, coba ditampilkan Rudy Badil, yang mewakili rekan lainnya, Aristides (Tides) Katoppo, Wiwiek A. Wiyana, A. Rachman (Maman), Herman O. Lantang dan almarhum Freddy Lasut.
Memanggilpara pejuang LDR (Long Distance Religion) di luar sana Btw, ini salah satu bait puisi Soe Hok Gie yang judulnya Cahaya Bulan. Coba dengerin versi lengkapnya dibacain sama Mas Nicholas Saputra di film Gie gaes~ 1. 1. Show this thread. good fengshui.
Ataupuisi-puisi Soe Hok Gie yang bernadakan cinta namun dalam nada-nada cinta yang begitu lembut, Gie bisa menelusupkan satire yang begitu getir. Soe Hok Gie yang mati lantaran zat beracun di gunung sumeru mendapatkan perhatian yang cukup besar tidak hanya kalangan pecinta puisi namun namanya sangat harum di kalangan aktivis mahasiswa.
Puisiyang ditulis di puncak Mahameru atas kerinduan kepada Soe Hok Gie yang meninggal di puncak yang sama pada 16 Desember 1969. Dukung Penulis Indonesiana; Dua artikel terpilih bulan Juli memiliki keunggulan berikut ini. Satu naskah menawarkan ide yang penting bagi semesta, yakni umat manusia dan seluruh lingkungan.
PuisiSoe Hok Gie (y) Sebuah Tanya. Akhirnya semua akan tiba. Cahaya bulan menusukku. Dengan ribuan pertanyaan. Yang takkan pernah kutahu dimana jawaban itu. Bagai letusan berapi. Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan, Soe Hok Gie merupakan adik dari Soe Hok Djie yang juga
DownloadMarjinal Produksi Opique Pictures Film Indie Full Medan - Indonesia
tiadamengapa hatiku sayang. tiada dunia tempat selama. layangkan angan meninggi awan. Jangan percaya hembusan cedera. berkata tiada hanya dunia. tilikkan tajam mata kepala. sungkumkan sujud hati sanubari. Mula segala tiada ada. pertengahan masa kita bersua.
Adadua hal yang membuat saya sulit untuk menulis tentang almarhum adik saya, Soe Hok Gie. Pertama, karena terlalu banyak yang mau saya katakan sehingga saya pasti akan merasa kecewa kalau saya menulis tentang dia pada pengantar buku ini. Kedua, karena bagaimanapun juga, saya tidak akan dapat menceritakan tentang diri adik saya secara obyektif.
S2OOACC. Ceceu Herlina87 2yâ2Pertama x denger puisi & lagunya th 2006 apa yaak,, lupa,, saat kuliah di Jogjaa. Syahdu,, merinding,, keren,, sedih,, campur aduk..
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Soe Hok Gie, dalam perjalanan bangsa Indonesia tak banyak yang seperti Gie sapaannya. Terlahir dari keturunan etnis Tionghoa tetapi Gie merasa sebagai orang Indonesia asli dan memang dalam perjalananan kehidupannya Gie lebih nasionalis dan Indonesia bangetâ dibandingkan parapribumiâ.Ketika rezim pada saat itu mengharuskan semua yang âketurunanâ untuk meng-Indonesiakan diriâ termasuk nama, Gie menolak hal tersebut, menurutnya dengan namanya tersebut Gie merasa tak ada yang berbeda dari dirinya dengan orang lain dan ia tetap menggunakan nama Soe Hok banyak aktivis kampus yang berjuang macam Gie. Acuh tetapi memperhatikan. Marah tetapi sayang di luar tapi ada di dalam. Seorang yang tenang tetapi mempunyai jiwa perlawanan dan pemberontakan. Keras tetapi begitu ini saya tidak ingin berpanjang lebar dengan biografi dan perjalanan pergerakan Gie yang lebih jauh, yang lebih dalam dengan seluk beluknya yang sulit untuk orang orang yang tak pernah berdiskusi dengannya di atas sebuah lembah lembah mandala terakhir yang disebut di atas menelisik keingintahuan saya dengan kalimat kaliamat Gie yang begitu rapih untuk dibacaâ yang mengalir seperti sebuah arus yang menuju muara, yang begitu lembut untuk dicerna nalar dan saya kali ini tertuju pada syair yang indah, sederhana tetapi mempunyai jiwa yang hidup dalam setiap kalimatnya, syair yang sempurna ketika Nicholas Saputra berhasil mensajakannya bersama latar lagu dan musik dari musisi Full kreatif; Erros seperti mempunyai hubungan yang intim tersendiri dengan Mandala Wangi di Pangrango, Gunung Gede. Gie seperti menjadikan kesendiriannya berteman alam Gunung Pangrango yang mungkin bagi sebagian orang-termasuk saya-berbahasa dan pendengar yang baik bagi yang âCahaya Bulanâ mungkin lahir ketika Gie benar benar larut dalam buaian sunyi yang secara diam diam menjamahnya dan mengajaknya bersenggama tentang banyak halâ. Memang menyenangkan ketika kita merasakan hal tersebut terjadi pada diri kita sendiri. Akan tetapi Gie seperti menelanjangi diri di alam Pangrango untuk mencurahakan seluruh keluh mungkin bau tubuh Gie yang mampir di Pangrango juga dikenal alam lain yang ia sempat kunjungi dan itu menjadikannya mudah untuk larut dan intim dengan alam. Hal ini tentu bukan untuk saya berkata jikalau seorang penyair adalah mereka yang rajin ke gunung atau alam bebas lainnya. Masalah sajak dan syair yang mampu dimengerti mungkin lebih kepada kemauan dan keuletan si penulisnya untuk membedah kata demi kata.Ada keinginan membelalak dan kecemburuan saya kepada kemampuan Gie menuliskan puisi âCahaya Bulanâ. Jika terus membacanya berulang ulang maka sebanyak keberulangan saya itulah saya mendapatkan kekecewaan dan penasaran yang membuat saya terkapar dan tak berdaya untuk bisa âmeniruâ gaya bahasanya yang sederhana dan lembut tersebut.âAkhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasaPada suatu ketika yang telah lama kita ketahuiâŚâBait pertama dan kedua dalam sajak âCahaya Bulanâ inilah kecemburuan saya akan keseluruhan sajak Gie yang satu ini. Dalam kalimat ini Gie seperti sedang berbicara tentang takdir dan hidupnya sendiri dengan lembut dan penuh artikulasi yang tajam tanpa ambuguitas dan bahasa yang hyperbol. Tentu ini hanya bisa ditulis oleh mereka yang mededikasikan hidupnya untuk kehdupan yang banyak.âApakah kau masih selembut dahuluMemintaku minum susu dan tidur yang lelapSambil membenarkan letak leher kemejakuâDalam bait di atas Gie seperti sedang berbicara kehidupannya di Kota sana di tengah tengah Mandala Wangi yang tugur mendegarkan seluruh curahan hatinya yang dalam dan tulus. Mungkin tentang sang ibu, ayah atau mungkin pula teman dan kekasih. Kaliamat yang begitu sederhana, tapi di sini saya melihat Gie bisa menangkap semua momen penting dalam keseluruhan hidupnya.âKabut tipis pun turun pelan pelan di lembah kasihLembah mandala wangiKau dan aku tegak berdiri melihat hutan hutan yang menjadi suramMeresapi belaian angin yang menjadi dinginâDisinilah sanjungan Gie bagi Mandala wangi, tempat yang bisa mendengarkan semua keluh kesahnya, tempat ia lari dari semua yang tak alami dan kepura puraan, tempat ia bisa berpelukan dan menciumi alam yang begitu mengerti hidup, disinilah wihdahâ antara Gie dan Mandala Wangi mencarpai makrifat yang luhur ketika keduanya benar benar menyatu dalam satu tubuh.âApakah kau masih membelaiku semesra dahuluKetika kudekap, kau dekaplah lebih mesra lebih dekatApakah kau masih akan berkata âKudengar detak jantungmuâKita begitu berbeda dalam semuaKecuali dalam cintaâ. Dan kalimat kalimat di atas inilah yang membedakan kita dengan mereka yang hidup dalam kehidupan, mereka yang melihat semua yang tersembunyi, mereka merasakan apa yang tak tampak. Gie benar benar dari mereka yang mendapatkan karomahâtersebut . âkita begitu berbeda dalam semua, kecuali dalam cintaâ, oh, hampir saja saya mati denga kalimat ini, dan ini lebih berat bagi saya untuk merangkai kalimat seperti ini daripada jika harus mencari jarum di hutan belantara sekalipun. Ketika kita diperlihatkan dengan kalimat yang artuikulaisnya luas tiba tiba Gie menyambungnya dengan ambivalen yang justru mempunyai arti yang dalam dan kuat sekali.Jika harus mempunyai kecintaan dan favorit dalam kalimat saya begitu suka dengan sajak ââcahaya bulan â Gie ini, dengan mengecualikan penyair penyair seperti Amir Hamzah, Chairil Anwar, Sitor Situmorang, Sapardi Djoko Damono, Goenawan Muhamad, WS. Rendra, atau pun puisi model Widji Tukhul yang syarat makna proletarian yang sebaliknya begitu menyentuh bagi banyak kesempatan saya ingin sekali bisa meaklukan kata kata, menemukan kalimat, menuliskan banyak cerita dan syair. Sesering itujuga saya mencari âkeintimanâ dengan banyak hal. Melihat di antara yang tersembunyi, merasakan apa yang taka pernah dirasa, mendengar apa yang alam juga yang tahu apa yang terjadi pada Soe Hok GIe di puncak Mahameru saat dunia mencoba mendiktenya dalam situasi karut marut rendah, dan semua kejujuran dan cintanya bersemayam diantara angin and kabut yang menyelimuti puncak tertinggi di tanahnya.âAkhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasaPada suatu ketika yang telah lama kita ketahuiâŚââLebih baik baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikanâ.Saya ingin menjadikan kalimat saya sebagai jatidiri hidup saya tanpa perlu disembunyikan dan takut didikte manusia Lampung, 25 Juli 2013Syamsir Alam. 0122 Lihat Catatan Selengkapnya